Film adalah sebuah karya seni yang memadukan beragam aspek seni di dalamnya. Pada dasarnya film adalah gabungan dari hasil komunikasi antara ide, cerita, sudut pandang, keindahan, rasa, serta nilai.

Dewasa ini film menjadi salah satu hiburan populer bagi masyarakat perkotaan. Tidak mengherankan saat ini di setiap pusat perbelanjaan juga tersedia bioskop untuk memanjakan mata penggemar sinematografi ini.

Antusiasme masyarakat untuk menonton sebuah film akan meningkat saat film itu berkisah tentang hal-hal yang dekat dengan mereka. Sebut saja, film yang mengangkat nilai-nilai lokal dan kedaerahan di tempat tertentu akan mendatangkan lebih banyak penonton di tempat tersebut.

Makassar sebagai salah satu kota besar di Indonesia juga menjadi corong untuk menghadirkan film-film yang dekat dengan sendi masyarakat Bugis-Makassar itu sendiri. Berikut beberapa film yang bercerita tentang Sulsel yang pernah dan akan  tampil di bioskop tanah air.

1. Uang Panai’ = Maha(r)l

Uang Panai’ = Maha(r)l via posfilm.com

Film yang mengangkat cerita lokal kehidupan masyarakat Makassar ini menjadi film regional pertama yang mampu menembus Box Office Indonesia. Setidaknya lebih dari 400.000 pasang mata sudah menyaksikan film yang bergenre drama komedi ini.

Walau hanya hadir di 20 kota, film regional sulsel ini mampu menjaring lebih banyak penonton dibanding film-film nasional lainnya. Ini dikarenakan faktor cerita daerah dan penonton yang memiliki ikatan yang kuat, sehingga mereka yang merindukan lawakan khas Makassar dapat terobati setelah menyaksikan film ini.

Film yang mengambil latar di beberapa lokasi di kota Makassar ini disutradarai oleh sineas lokal, Asril Sani dan Halim Gani Safia. Dialek khas Makassar setidaknya menjadi peluru andalan film ini. Walau hanya diisi oleh artis-artis lokal, namun film ini kelihatan lebih natural dengan dialog bahasa masyarakat Makassar.

Film Uang Panai’ = Maha(r)l  ini berkisah tentang seorang anak muda yang bernama Anca (Ikram Noer) dengan kerja keras harus mengumpulkan uang panai untuk mempersunting kekasihnya Risna (Nur Fadillah). Dalam perjuangan tersebut Anca dibantu oleh teman terbaiknya yang kocak Tumming dan Abu.

Di tengah perjuangan Anca, ternyata hadir orang ketiga. Farhan (Cahya Ary Nagara), teman kecil Risna yang  baru pulang kuliah dari luar negeri. Dalam film ini juga diisi dengan teka-teki, tentang kesepakatan Ayah Risna dengan Ayah Farhan untuk menjodohkan anak-anak mereka.

2. Bombe’

BOMBE’ via rimanews.com

Film Bombe’ hadir di layar bioskop pada tahun 2014 silam. Mengangkat cerita tentang kota Makassar yang tiba-tiba sunyi tanpa aktivitas apapun, film ini mampu mengangkat antusias masyarakat. Dialek khas kota Makassar dan kehadiran akting anak-anak kecil yang menjadi pemain utama di film ini menjadi daya tarik tersendiri film ini.

Bapak Ilham Arif Sirajudin yang menjabat walikota Makassar saat itu, juga mengambil peran dalam film yang berdurasi 100 menit ini. Beliau hadir sebagai juru kunci yang akan menjelaskan kenapa kota Makassar tiba-tiba sunyi tanpa aktivitas apapun seperti biasanya.

Film yang sarat akan edukasi ini, menggambarkan kota Makassar yang sunyi senyap diakibatkan oleh adanya “baku bombe’” yang menjadi penyebab terjadinya pertengkaran dan peperangan antar masyarakat kota.

Walau tidak semarak dengan film uang panai’ ini setidaknya film Bombe mampu mengisi dan menghadirkan edukasi tentang perdamaian untuk saling mencintai dan menghargai sesama manusia.

3. Sumiati

SUMIATI via antaranews.com

Hadir di bioskop pada tahun 2015 silam, Sumiati menjadi salah satu film horor yang mengambil latar di Sulsel. Untuk masyarakat Sulsel sendiri, legenda tentang Sumiati sangatlah beragam. Setiap lokasi, legenda tentang cara meninggalnya akan berbeda. Namun nama tokohnya tetap Sumiati.

Pada film ini diceritakan tentang sumiati meninggal dunia akibat frustasi setelah diperkosa oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mengambil cara pintas, dia akhirnya menggantung dirinya. Sebagai perwujudan sakit hatinya, dia akan melakukan balas dendam.

Pada film ini sekiranya  setiap orang bisa memetik nilai-nilai yang baik dari ceritanya. Pesan moral tentang keiklasan misalnya. Bagaiama seorang manusia belajar untuk ikhlas dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan sang pencipta.

4. 1 Cinta di Bira

1 Cinta di Bira via halamansulsel.com

Film yang mengambil Tanjung Bira sebagai lokasi pengambilan gambarnya ini, tayang di layar bioskop pada mei tahun 2016 silam. Berkisah tentang asmara cinta anak muda Bira dengan gadis penjaga pantai. Banyak konflik yang diangkat dalam film drama romantis ini termasuk tentang keluarga dan asmara itu sendiri.

Hal yang menarik dari film ini adalah Scene pengambilan gambarnya yang sungguh mempesona. Landscape pada birunya air laut, putihnya pasir pantai, dan indahnya alam Bira adalah nilai tambah dari film produksi MNC Picture ini.

5. Athira

Athira via www.brilio.net

Ucu’ Subuhni na’. Kalimat yang sering keluar dari mulut Athira untuk membangunkan anaknya.

Film yang dirilis tahun 2016 silam ini mengangkat kisah hidup Hajjah Athirah Kalla, Ibunda dari Jusuf Kalla (Wakil Presiden Republik Indonesia).  Film biografi Indonesia ini diadaptasi dari novel karya Albertiene Endah dengan judul yang sama.

Film yang berhasil terpilih untuk diputar di Vancouver International Film Festival (Kanada), Busan International Film Festival (Korea), dan Tokyo International Film Festival (Jepang) ini memiliki judul internasional Emma’ (bahasa Bugis yang berarti Ibu).

Film yang mengambil plot tentang kehidupan masyarakat Sulsel tahun 1970an ini meraih enam piala citra pada ajang Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2016 lalu. Adapun prestasi tersebut diantaranya kategori “Pengarah Artistik Terbaik” (Eros Eflin), “Penata Busana Terbaik” (Chitra Subyakto), “Penulis Skenario Adaptasi Terbaik” (Salman Aristo bersama Riri Riza), “Pemeran Utama Wanita Terbaik” (Cut Mini Theo), “Sutradara Terbaik” (Riri Riza), dan “Film Terbaik” (produser Mira Lesmana).

Kisah tentang ketabahan seorang wanita dapat terlihat dari sosok Athira. Bagaiamana beliau mempertahankan keutuhan keluarganya diatas perasaan yang terus bergejolak. Disamping itu, kisah tentang Ucu’ sebagai seorang anak yang kagum kepada Ayahnya harus memendam sedikit kekecewaan pada ayahnya sendiri. Sosok Athira sebagai Ibunya juga menjadi sosok yang dicintainya. Kesabaran dan kebaikan hati Athira adalah nilai yang bisa dipetik dari film yang satu ini.

6. Silariang

Silariang via makassarterkini.com

Tahun 2017 ini akan hadir film daerah terbaru yang mengangkat cerita tentang Sulsel. Setelah Film Uang panai’ menjadi Box Office Indonesia, Film Silariang akan hadir memanjakan mata pecinta film. Film dengan judul Silariang ini ternyata ada dua versi dan akan keduanya akan hadir ditahun ini juga.

Untuk versi pertama, produksi Art2Tonic akan hadir di awal bulan maret ini. Bersama artis-artis yang telah sukses dengan film Uang Panai’ dan beberapa artis lokal Makassar lainnya. Sedangkan versi kedua, produksi Indonesia Sinema Persada menggandeng artis nasional seperti Bisma Karisma, Andania Suri dan Dewi Irawan.

Setidaknya hadir dan menyaksikan film daerah di bioskop, merupakan wujud dari kebanggaan kita sebagai warga Sulsel. Ayo, Sama-sama menyaksikan Film Silariang yang akan segera tayang di bioskop kesayangan kita.

Alamsyah

Alamsyah atau lebih akrab dipanggil Alam seorang anak muda Makassar yang hobi menulis dan berselancar di dunia maya. Gabungan kedua hobinya itu membawanya menjadi seorang blogger dan penanggung jawab konten di beberapa media online. Tahun 2016 silam, dia dinobatkan menjadi salah satu Duta Damai di dunia maya, oleh Pusat Media Damai BNPT. Dia memiliki blog pribadi yang bisa diakses disini

View all posts

Add comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

About Us